MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
ILMU BUDAYA DASAR
“MANUSIA DAN PENDERITAAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar
Dosen Pembimbing: Karina Jayanti, S.IKom
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
1. Aditya Alman Widyatmaka (NPM: 10217159)
2. Aldio Sagara Putra (NPM: 10217443)
3. Daryl Amanah (NPM: 11217462)
4. Dhea Aprilia (NPM: 11217609)
5. Eva Primayshela Anjani (NPM: 11217994)
Kelas: 1EA30
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Manusia dan Penderitaan”. Makalah ini membahas tentang masalah - masalah manusia dan penderitaan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang manusia dan penderitaannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan pembaca. Kami sampaikan terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Tangerang, 29 September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PEGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................... ….3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Penderitaan.................................. .............................................................4
2.2 Contoh – Contoh Penderitaan......................................................................................5
2.3 Pengertian Siksaan.......................................................................................................5
2.4 Pengertian Phobia....................................................................................................... 6
2.5 Jenis – Jenis Siksaan yang Bersifat Psikis...................................................................7
2.6 Penyebab Seseorang Ketakutan.................................................................................. 8
2.7 Pengertian Kekalutan Mental.....................................................................................10
2.8 Gejala – Gejala Seseorang Mengalami Kekalutan Mental.........................................11
2.9 Tahap – Tahap Gangguan Kejiwaan...........................................................................11
2.10 Sebab – Sebab Seseorang Mengalami Kekalutan Mental....................................... 12
2.11 Penderitaan dan Perjuangan......................................................................................13
2.12 Penderitaan Media Massa dan Seniman...................................................................13
2.13 Sebab – Sebab Penderitaan……………………………………………………….. 14
2.14 Pengaruh Jika Seseorang Mengalami Penderitaan……………………………….. 16
BAB III PENUTUP....................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................... ……...............18
3.2 Saran………………………………………………………………………………...18
LAMPIRAN................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia di dunia ini dihadapkan pada dua cobaan yaitu cobaan yang menggembirakan dan cobaan yang menyusahkan. Cobaan tersebut berupa tahapan dan rintangan yang menguji manusia dalam kehidupan. Apabila mampu menyelesaikan dengan baik akan mendapatkan pahala dan bila mengingkari ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan di akhirat kelak.
Terkadang manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan (melampaui batas) yang berujung pada suatu penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada pula ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga tetap pada penderitaan dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu begitu saja di hadapanya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau menghadapi masalah atau lari dari masalah. Namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia, namun di akhirat berujung pada penderitan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika - liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatu penderitaan. Susah maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti terjadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akhirat dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Terkadang manusia terbuai pada kegembiraan, padahal kegembiran juga cobaan. Manusia seringkali tergelincir akibat keterlenaan dan berlebihan (melampaui batas) yang berujung pada suatu penderitaan. Sementara ada pula yang menghadapi cobaan yang menyusahkan namun tidak kuat menjalani cobaan. Orang tersebut menjadi frustasi dan meluapkan emosi tanpa kontrol. Sikap seperti itu malah semakin menambah penderitaan. Ada pula ketika merasa kesabaran sudah di batas perjuangan berhenti melakukan perjuangan, padahal keinginan yang diharapkan selangkah lagi tercapai sehingga tetap pada penderitaan dan menyesal ketika harapan yang dicitakan berlalu begitu saja di hadapanya. Ada pula yang menjalani hidup dengan sikap overconfident (terlalu bermain aman), tidak mau menghadapi masalah atau lari dari masalah. Namun yang terjadi mendapati pada suatu penderitaan. Ada pula yang mencoba berkelik dari masalah dan hanya mengincar kebahagiaan dunia, namun di akhirat berujung pada penderitan.
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika - liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatu penderitaan. Susah maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti terjadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akhirat dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.
Manusia juga dituntut untuk beriman terhadap Tuhannya, baik suka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan, namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga, dan terus belajar menelusuri kehidupan karena ada hikmah di balik penderitaan. Penderitaan datang tak terduga begitu pula kebahagian datang dari celah yang tak terduga. Sehingga manusia dituntut untuk siap siaga dalam menghadapi suka maupun duka di kehidupan ini. Dan sepatutnya kita berani menghadapi dalam menyelesaikan persoalan hidup ini, tidak pilih - pilih saat senang, semangat, susah, atau saat duka. Kita perlu belajar dari pengalaman dan cepat bangkit saat tergelincir. Semangat juga bukan semangat yang melampaui batas, tetapi berusaha menenangkan hati, sabar menghadapi penderitaan, hati ikhlas lillahita’ala mengharap ridho Allah SWT. Karena solusi - solusi saat menghadapi penderitaan akan mudah muncul saat hati tenang dan berpikir jernih. Berbeda dengan tergesa - gesa menyebabkan solusi di depan mata terlihat jauh. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. Kita juga bukan hanya menunggu desakan solusi, tapi perlu menyambut solusi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari penderitaan ?
1.2.2 Apa contoh – contoh dari penderitaan ?
1.2.3 Apa pengertian dari siksaan ?
1.2.4 Apa pengertian dari phobia ?
1.2.5 Apa jenis – jenis siksaan yang bersifat psikis ?
1.2.6 Apa penyebab seseorang ketakutan ?
1.2.7 Apa pengertian dari kekalutan mental?
1.2.8 Apa gejala – gejala seseorang mengalami kekalutan mental ?
1.2.9 Apa tahap – tahap gangguan kejiwaan ?
1.2.10 Apa sebab – sebab seseorang mengalami kekalutan mental ?
1.2.11 Bagaimana penderitaan dan perjuangan ?
1.2.12 Bagaimana penderitaan, media massa, dan seniman ?
1.2.13 Apa sebab – sebab penderitaan ?
1.2.14 Apa pengaruh jika seseorang mengalami penderitaan ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1 Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dari penderitaan.
1.3.2 Mahasiswa/i dapat mengetahui contoh – contoh dari penderitaan.
1.3.3 Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dari siksaan.
1.3.4 Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dari phobia.
1.3.5 Mahasiswa/i dapat mengetahui jenis – jenis siksaan yang bersifat psikis.
1.3.6 Mahasiswa/i dapat mengetahui penyebab seseorang ketakutan.
1.3.7 Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dari kekalutan mental.
1.3.8 Mahasiswa/i dapat mengetahui gejala – gejala seseorang mengalami kekalutan mental.
1.3.9 Mahasiswa/i dapat mengetahui tahap – tahap gangguan kejiwaan.
1.3.10 Mahasiswa/i dapat mengetahui sebab – sebab seseorang mengalami kekalutan mental.
1.3.11 Mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana penderitaan dan perjuangan.
1.3.12 Mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana penderitaan, media massa, dan seniman.
1.3.13 Mahasiswa/i dapat mengetahui sebab – sebab penderitaan.
1.3.14 Mahasiswa/i dapat mengetahui pengaruh jika seseorang mengalami penderitaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggung. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung atau menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan yang dapat dirasakan oleh manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun batin. Penderitaan juga termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat – tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu intensitas penderitaan.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk membangkit seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih banyak orang yang sungguh – sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung dalam kemanusiaannya.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk membangkit seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih banyak orang yang sungguh – sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung dalam kemanusiaannya.
2.2 Contoh – Contoh Penderitaan
2.2.1 Nasib Buruk
Penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir ditentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya: Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
2.2.2 Kehilangan Orang Tua
Setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya. Tetapi kesedihan karena penderitaan diharapkan tidak berlarut - larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
2.2.3 Kemiskinan
Banyak orang yang mederita karena kemiskinan merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini dikarenakan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah diberikan oleh tuhan.
2.2.4 Bencana
Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja datang dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit disembuhkan.
2.3 Pengertian Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbulah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa: Kebimbangan, Kesepian, Ketakutan. Ketakutan yang berlebih - lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain: Claustrophobia dan Agoraphobia, Gamang, Ketakutan, Kesakitan, Kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu masalah psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli - ahli yang merawat tingkah laku, percaya bahwa suatu phobia adalah masalahnya dan tidak perlu menemukan sebab - sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
2.4 Pengertian Phobia
Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan penyakit psikis yang biasanya dialami oleh seseorang yang punya trauma dimasa lalu. Penyakit ini juga tak mengenal umur. Secara definitif phobia adalah rasa ketakutan yang sangat kuat terhadap sesuatu baik itu benda maupun situasi. Ketakutan tersebut berwujud dan terletak pada wilayah ketidaksadaran. Phobia merupakan suatu situasi dimana seseorang bertindak irasional dan mempunyai ketakutan yang besar akan sesuatu. Biasanya seseorang yang mempunyai phobia akan merasakan suatu ketakutan pada saat tertentu. Phobia biasanya disebabkan oleh seseorang yang mengalami trauma masa lalu. Rasa trauma tersebut membekas didalam kesadarannya. Karena rasa katakutan yang sangat besar, rasa truma ditekan sampai pada wilayah ketidaksadaran. Sampai dalam tahap ini, phobia yang menentukan. Meski berada di wilayah ketidaksadaran, rasa trauma ini sangat dominan mempengaruhi perilaku dan berfikir. Karena saking dominannya, kesadaran seseorang tak akan mampu untuk mengontrol trauma tersebut. Jadilah, trauma tersebut menjadi phobia yang menjangkiti teridap seumur hidunya. Nah, untuk beberapa kasus, phobia mudah untuk diketahui. Karena sifat dan bentuknya mudah untuk dikenali. Misalnya, phobia terhadap kucing, baru mendengar suara kucing, sudah menyebabkan katakutan luar biasa. Jadi, phobia bisa diketahui saat teridap menjumpai pada objek, situasi yang ditakuti. Secara umum, phobia terbagi menjadi 3 macam:
2.4.1 Phobia Pertama
Ketakutan untuk ketika berada pada situasi dan berada ditengah - tengah masyarakat. Rasa takut itu muncul saat berinteraksi dengan orang lain.
2.4.2 Phobia Kedua
Phobia yang muncul ketika berada di suatu tempat tertentu. Baik berada di dalam atau diluar ruangan.
2.4.3 Phobia Ketiga
Phobia terhadap benda atau makhluk hidup. Phobia terhadap kucing seperti di atas termasuk jenis phobia yang ketiga ini.
2.5 Jenis – Jenis Siksaan yang Bersifat Psikis
Jenis - jenis siksaan yang bersifat Psikis yaitu: Kebimbangan, Kesepian dan Ketakutan.
2.5.1 Kebimbangan
Kebimbangan dialami oleh seseorang pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Misalnya, pada suatu saat apakah seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak. Akibat dari kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputuan, sehingga kebimbangan akan cepat dapat diatasi.
2.5.2 Kesepian
Kesepian dialami oleh seseorang yang merasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, walaupun ia dalam lingkungan orang ramai, kesepian ini tidak boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami oleh petapa atau biarawan yang tinggalnya di tempat yang sepi. Tempat mereka memang sepi tetapi hati mereka tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dialami seseorang. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin, sebagai makhluk sosial, seseorang perlu kawan, maka untuk mengalahkan rasa kesepian orang perlu cepat macari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan kawan duka adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya itu, selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
2.5.3 Ketakutan
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar - besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang memiliki satu atau lebih phobia ringan seperti takut pada tikus, ular, serangga dan lain sebagainya. Tetapi pada beberapa orang ketakutan itu sedemikian hebatnya sehingga menjadi sangat mengganggu. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis.
2.6 Penyebab Seseorang Ketakutan
Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
2.6.1 Claustrophobia dan Agoraphobia
Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup, sedangkan Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
2.6.2 Gamang
Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi. Hal itu disebabkan karena ia takut akibat berada di tempat yang yang tinggi, misalnya seseorang harus melewati jermbatan yang sempit, sedangkan dibawahnya terdapat air yang mengalir, atau seseorang takut meniti dinding tembok dibawahnya.
2.6.3 Kegelapan
Kegelapan merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan, pencuri. Orang yang demikian selalu menghendaki agar ruangan tempat tidur selalu dinyalakan lampu yang terang untuk mengurangi rasa ketakutan karna gelap.
2.6.4 Kesakitan
Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami seseorang yang takut diinjeksi, ia sudah berteriak - teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan kedalam tubuhnya. Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan
2.6.5 Kegagalan
Kegagalan disebabkan karena seseorang merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk bercinta lagi, karena takut dalam percintaan berikutnya juga akan terjadi kegagalan, trauma yang pernah dialaminya telah menjadikan dirinya ketakutan kalau sampai terulang lagi.
Study Kasus :
Banyak contoh tentang penyiksaan psikis atau mental. Misalnya, ketika orang tua bercerai dan anak pun akan jadi korban. Seperti cerita berikut ini, sebut saja namanya Mia. Ketika umur 4 tahun ia sudah harus merasakan sakitnya ketika melihat kedua orang tuanya bercerai. Dia yang belum mengerti, diasuh oleh neneknya tanpa merasakan kasih sayang dari ayah atau ibunya. Ayahnya pergi dan menikah lagi dengan wanita lain, sedangkan ibunya pergi mengadu nasib di negeri orang sebagai TKW. Andai Mia kecil tahu bahwa kedua orang tuanya sangat mencintainya meski tidak mungkin dapat bersama lagi. Mia kecil tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Mia yang saat itu mulai tumbuh dewasa pun bertanya pada neneknya yang sudah tua “Kemana papa dan mama saya?”, nenek hanya bisa menjawab dalam diam tanpa ada penjelasan nenek langsung meninggalkan Mia dengan wajah termenung penuh dengan pertanyaan dimana orang tuanya berada. Mia merasa iri dengan teman – temannya jika sekolah setiap hari diantar jemput oleh orang tuanya masing - masing, sedangakan dia? lihat? ia hanya dapat dijemput oleh neneknya tanpa tahu dimana orang tuanya. Tak jarang temannya meledek dia dengan pertanyaan – pertanyaan seputar orang tuanya dan tak jarang pula mia dibuat menangis oleh pertanyan teman – temannya.
Opini:
Walau seberat apapun penderitaan kita. Seberat apapun sakit yang kita rasakan. Seberat apapun masalah yang kita hadapi. Kita sebagai manusia harus siap menerima dan berlapang dada atas apapun yang terjadi. Mulai belajarlah dari hal – hal kecil. Jika lama - lama terbiasa, barulah mulai dengan hal yang besar. Ingat, “Jiwa yang Besar Hanya Untuk Orang yang Besar.”
Walau seberat apapun penderitaan kita. Seberat apapun sakit yang kita rasakan. Seberat apapun masalah yang kita hadapi. Kita sebagai manusia harus siap menerima dan berlapang dada atas apapun yang terjadi. Mulai belajarlah dari hal – hal kecil. Jika lama - lama terbiasa, barulah mulai dengan hal yang besar. Ingat, “Jiwa yang Besar Hanya Untuk Orang yang Besar.”
2.7 Pengertian Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam Ilmu Psikologi dikenal sebagai “Kekalutan Mental”. Lebih sederhananya, kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Saat mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moral dari orang - orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman - teman dekat atau teman - teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi - fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan - ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
Saat mendapat kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moral dari orang - orang dekat di sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman - teman dekat atau teman - teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat lagi dalam hidup. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi - fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan - ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
2.8 Gejala – Gejala Seseorang Mengalami Kekalutan Mental
Gejala - gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
2.8.1 Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
2.8.2 Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
2.8.3 Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar - kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
2.8.4 Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social.
2.8.5 Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri (orang-orang melankolis).
2.8.6 Terjadinya konflik sosial – budaya akibat adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
2.9 Tahap – Tahap Gangguan Kejiwaan
2.9.1 Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala - gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya
2.9.2 Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan masalahnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
2.9.3 Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
2.9.4 Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik - konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
2.9.5 Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
2.10 Sebab – Sebab Seseorang Mengalami Kekalutan Mental
Kekalutan mental yang dapat dialami oleh seseorang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dalam hal ini termasuk faktor internal maupun faktor eksternal atau hal-hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Keduanya mengacu kepada konflik dan cara seseorang tersebut menyelesaikan konflik atau masalahnya.
2.10.1 Kepribadian yang Lemah
Akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang - orang melankolis.
2.10.2 Terjadinya Konflik Sosial - Budaya
Akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misalnya, orang dari pedesaaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.
2.10.3 Cara Pematangan Batin
Cara yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional. Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang lari ke alam fantasi.
2.11 Penderitaan dan Perjuangan
Hubungan penderitaan dan perjuangan
Setiap manusia pasti akan mengalami penderitaan, baik yang berat maupun yang ringan. Penderitaan adalah Ujian kehidupan manusia yang bersifat kodrati (berasal dari tuhan). Karena tergantung kepada manusia itu sendiri bisa menyelesaikan masalah itu semaksimal mungkin atau tidak. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budaya itulah ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam hidupnya atau yang dialaminya. Hal ini bisa membuat manusia lebih kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau berada di sekitarnya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi takdir dari manusia itu sendiri, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, tetapi juga harus merasakan penderitaan. Manusia juga harus optimis tiap mengalami penderitaan tersebut karena penderitaan adalah ujian dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat mencoba menghilangkan penderitaan kita dengan cara berjuang yaitu dengan terus berusaha merubahnya. Memang penderitaan merupakan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Esa tetapi kita dapat mencoba merubahnya apabila kita terus berusaha dan juga berdoa untuk merubahnya. Contohnya adalah saat seseorang yang harus rela mengalami kebutaan dia berusaha untuk dapat melakukan aktivitasnya walaupun dia buta dengan cara berlatih dan tidak lupa untuk berdoa.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi takdir dari manusia itu sendiri, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, tetapi juga harus merasakan penderitaan. Manusia juga harus optimis tiap mengalami penderitaan tersebut karena penderitaan adalah ujian dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat mencoba menghilangkan penderitaan kita dengan cara berjuang yaitu dengan terus berusaha merubahnya. Memang penderitaan merupakan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Esa tetapi kita dapat mencoba merubahnya apabila kita terus berusaha dan juga berdoa untuk merubahnya. Contohnya adalah saat seseorang yang harus rela mengalami kebutaan dia berusaha untuk dapat melakukan aktivitasnya walaupun dia buta dengan cara berlatih dan tidak lupa untuk berdoa.
2.12 Penderitaan Media Massa dan Seniman
Dalam zaman serba modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya mensejahterakan manusia dan senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia. Hal ini sudah terjadi seperti bom atom di Hirosima dan Nagasaki, kebocoran reactor nuklir di Uni Soviet , kebocoran gas beracun di India, penggunaan peluru kendali dalam perang Irak dan yang baru terjadi di Jepang tepatnya di Fukushima terjadi ledakan reactor nuklir yang menyebabkan radiasi nuklir yang membahayakan kesehatan manusia, akibatnya masyarakat sekitar yang tinggal di daerah tersebut harus di amankan ke tempat yang jauh dari daerah terkena radiasi.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah, kecelakaan, bencana alam, bencana perang. Contoh tenggelamnya kapal tampomas dua diperairan malasembo, jatuhnya pesawat Hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, meletusnya gunung galunggung dan perak irak dan iran.
Berita mengenai penderitaan silih berganti mengisi lembaran koran, berita di televisi, radio, dengan maksud supaya orang yang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Nyatanya tidak sedikit bantuan yang datang dari dermawan dan sukarelawan berupa material dan tenaga untuk meringankan dan menyelamatkan mereka dari musibah ini. Media masa adalah salah satu alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa – peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Contohnya, bagaimana penderitaan seorang istri yang bernama Manohara akibat kekerasan rumah tangga yang di filmkan dengan judul “Manohara”, juga ada berita seperti bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hanggara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang di filmkan dengan judul “Arie Hanggara”.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah, kecelakaan, bencana alam, bencana perang. Contoh tenggelamnya kapal tampomas dua diperairan malasembo, jatuhnya pesawat Hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, meletusnya gunung galunggung dan perak irak dan iran.
Berita mengenai penderitaan silih berganti mengisi lembaran koran, berita di televisi, radio, dengan maksud supaya orang yang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Nyatanya tidak sedikit bantuan yang datang dari dermawan dan sukarelawan berupa material dan tenaga untuk meringankan dan menyelamatkan mereka dari musibah ini. Media masa adalah salah satu alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa – peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Contohnya, bagaimana penderitaan seorang istri yang bernama Manohara akibat kekerasan rumah tangga yang di filmkan dengan judul “Manohara”, juga ada berita seperti bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hanggara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang di filmkan dengan judul “Arie Hanggara”.
2.13 Sebab – Sebab Penderitaan
2.13.1 Perbuatan Buruk Manusia
Penderitaan yang menimpa manusia terjadi karena perbuatan hubungan dengan sesama manusia dan perbuatan hubungan manusia dengan alam lingkungannya, penderitaan ini dapat juga disebut “Nasib Buruk” karena perbuataan manusia. Penderitaan manusia karena nasib buruk dapat diperbaiki agar menjadi nasib yang lebih baik. Dengan kata lain, manusialah dapat memperbaiki nasibnya. Jadi, nasib buruk itu penyebabnya adalah manusia dan manusia juga yang memperbaikinya. Nasib buruk dibedakan dengan “Takdir” yang penyebabnya adalah Tuhan dan Tuhan juga yang menetapkan takdir.
2.13.1.1 Perbuatan Buruk Kepada Orang Lain
Perbuatan buruk manusia merupakan salah satu penyebab manusia lain menderita. Penderitaan yang mereka alami sangat menderita bahkan menyebabkan kematian. Penderitaan berat akibat perbuatan buruk manusia akan meninggalkan titik - titik yang tidak mungkin dihapus dalam perjalanan hidup penderitanya.
2.13.1.2 Perbuatan Buruk Kepada Alam Lingkungan
Perbuatan buruk manusia pada alam lingkungan juga menjadi penyebab penderitaan manusia, tetapi sayang manusia tidak mau menyadari perbuatannya itu. Mungkin kesadaran itu baru akan timbul setelah terjadi musibah yang mengakibatkan penderitaan manusia.
2.13.2 Perkawinan, Perceraian, Kematian
2.13.2.1 Kawin paksa
Penderitaan akibat kawin paksa, perceraian, atau kehilangan buah hati yang disayangi juga menghiasi kehidupan manusia karena menyentuh nilai - nilai kemanusiaan. Kawin paksa yang masih terdapat dalam masyarakat merupakan satu di antara sumber penyebab terjadinya penderitaan. Wajar apabila seorang anak (pria atau wanita) tidak menerima perlakuan orang tua yang memaksanya kawin dengan pasangan yang bukan pujaannya. Kawin paksa tidak pernah didasari rasa kasih sayang, kecuali kebencian, karena itu sifatnya selalu rapuh dan tidak membangkitkan gairah hidup. Akhirnya perceraianlah yang menjadi ujung tombaknya.
2.13.2.2 Perceraian
Perceraian suami istri mengakibatkan penderitaan bagi anak. Bagaimanapun juga perkembangan anak memerlukan asuhan dan bimbingan orang tua semenjak dia lahir. Ini adalah nilai - nilai kemanusian yang memerlukan penghayatan. Jika terjadi perceraian, kemungkinan anak ikut ibu atau ayahnya.
2.13.2.3 Kematian
Kehilangan buah hati, curahan kasih sayang juga menjadi sumber penderitaan manusia. Kematian anak yang disayangi ataupun kematian kekasih yang tercinta merupakan contoh yang banyak terjadi dalam masyarakat yang menyentuh nilai - nilai kemanusian.
2.13.3 Penyakit, Siksaan, Azab tuhan
Penderitaan yang dialami manusia dapat juga disebabkan oleh penyakit, siksaan, dan azab tuhan. Namun, kesabaran, tawakal, dan optimis merupakan upaya manusia guna mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan manusia yang menyentuh nilai - nilai kemanusian yang dapat dipetik hikmah dengan menghayati makna dan akibat yang ditumbulkannya dengan demikian diharapkan tumbuh kesadaran dalam diri manusia untuk memelihara nilai - nilai kemanusiaan dan menjadikannya pedoman hidup.
2.14 Pengaruh Jika Seseorang Mengalami Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bemacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “Sesal Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tak Berguna”, “Nasi Sudah Menjadi Bubur”. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Apabila sikap negatif dan sikap positif.ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan. Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan biasanya hubungan dia dengan orang lain terganggu. Sifat mental dia mengalami gangguan dan menghancurkan kehidupanya.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Apabila sikap negatif dan sikap positif.ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan. Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan biasanya hubungan dia dengan orang lain terganggu. Sifat mental dia mengalami gangguan dan menghancurkan kehidupanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam materi ini kita dapat mengetahui tentang apa itu penderitaan. Pada hakekatnya, penderitaan dan manusia itu berdampingan. Bahkan penderitaan itu selalu ada pada setiap manusia karena penderitaan merupakan rangkaian dari kehidupan. Kehidupan manusia tidak akan datar pasti bergelombang, maksudnya pasti ada yang menyenangkan dan menyusahkan. Dalam menghadapi penderitaan setiap orang pasti melakukan hal yang berbeda, ada yang menyikapinya dengan tindakan positif dan ada juga dengan tindakan negatif. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari penderitaan. Tidak semua penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk bagi orang yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan, kita dapat mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat atau sebagai media untuk menginstropeksi diri. Karena penderitaan tidak akan muncul jika tidak ada penyebabnya. Agar manusia tidak mengalami penderitaan yang berat untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap dan perilaku baik kepada sesama manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kita menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan tentram tidak ada gangguan dari siapapun. Selain itu kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya
3.2 Saran
Diharapkan kalangan mahasiswa/i dan pembaca yang lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut pada setiap sub bab. Karena mengingat luasnya pembahasan dalam makalah ini, sehingga dapat memahami lebih dalam.
LAMPIRAN
Adapun beberapa lampiran berupa gambar yang menggambarkan penderitaan:
1. Nasib Buruk
2. Kehilangan Orang Tua
3. Kemiskinan
4. Bencana
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Buku MKDU Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma.
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1994. Seri Diktat Kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Hakim, M Arifin. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Pustaka Satya
Drs. Djoko Widagdho, dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. PT Bumi Aksara.






Komentar
Posting Komentar