“DASAR TUKAR INTERNASIONAL”
(TERM OF TRADE)
Disusun
Oleh:
Dhea
Aprilia (NPM: 11217609)
Kelas : 4EA30
Dosen
Pengampu:
Ali
Muhli, SE., MM
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020/2021
Dasar
Pertukaran Internasional
Dasar pertukaran
internasional mengungkapkan bagaimana pola perdagangan internasional dengan
memperhitungkan penggunaan faktor produksi sebagai tolak ukur. Selanjutnya
suatu negara dapat memperhitungkan, apakah perdagangan internasional tidak
hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang, akan tetapi lebih
jauh mendatangkan devisa bagi Negara.
Melalui teori
klasik, baik abasolote advantage maupun comparative advantage, tolak
ukur pertukaran barangmenggunakan tanga kerja. lebih sedikit menggunakn tenaga
kerja berarti biaya dan sekaligus haraga barang lebih murah. Tolak ukur
penggunaan tenaga kerja untuk menghasilakn sataun output per satauan waktu
dapat digunakan sebagai dasar tukar internasional di satu sisi dan dasar tukar
dalam negari disisi lain.
Mengikuti teori perdagangan internasioanal yang
diajukan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin bahwa advantage
berdasarkan alternative capital intensive (padat modal) atau labor
intensive (padat karya); mengungkapkan bahwa dasar advantage memperhitungkan
labor cost maupun capital cost. Biaya lebih efisien sekaligus harga harga lebih
rendah dinyatakan advantage sebagai kombinasi kedua input dimaksud
sehingga terms of tradebisa dinyatakan sebagai rasio antara harga
barang ekspor dan impor.
Kurs dan Penyesuaian (Exchange Rate and Adjustment)
Perdagangan internasional
yang dilakukan oleh suatu Negara dalam perkembangan dihadapkan oleh fluktuasi
kurs yang tidak dapat dihindari. Begitu pula terhadap arus investasi yang
secara keseluruhan terungkap pada neraca pembayaran. Kondisi ini memerlukan
penyesuaian kurs yang menggunakan system yang saling terkait, flexible/floating exchange rate system,
fixed exchange rate dan exchange
control. Flexible/floating exchange
rate system memberlakukan bahwa kurs semata-mata ditentukan berdasarkan
mekanisme pasar yang berarti ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
Kemudian fixed exchange rate system
dilakukan oleh pemerintah sebagai eksekutif untuk menetapkan nilaikurs pada
tingkat pertukaran tertentu. Sedangkan exchange control dilakukan oleh bank
sentral untuk mengawasi keluar masuknya devisa.
Floating / Flexible Exchange Rate system
System ini disebut juga
sebagai sistemkurs mengambang, bahwa perubahan nilai/kurs terjadi disebabkan
oleh kekuatan permintaan di satu sisi dankekuatan penawaran disisi lain,
berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku pasar sehingga sistem ini
disebut juga sebagai kurs pasar atau bebas.
Fixed Exchange Rate System
Suatu system sebagai upaya
mempertahankan kurs valuta asing yang tetap pada tingkat tertentu, dan
mengharapkan elemen-elemen intern lainnya dalam system tersebatu dapat menjamin
perekonomian berada dalam keseimbangan internasional. System ini mempertahankan
nilai kurs ini dilakukan oleh pihak eksekutif atau pemerintah. Adapun yang
dimaksud dengan elemen intern mencakup stabilitas ekonomi, dimana system
ekonomi berlangsung dengan baik (moneter, fiscal, nonfiskal, dan moneter)
Exchange Control System
Suatu kebijakan yang
dilakukan oleh bank sentral untuk melakukan diskriminasi terhadap valuta asing
dan barang dalam rangka pengawasan devisa. Dalam sistim ini pemerintah praktis
memonopoli keseluruhann transaksi berkaitan dengan valuta asing yang bertujuan
untuk mencegah ada nya aliran masuk modal keluar dan melindungi pengaruh
depresi dari negara lain untuk mengatasi keterbatasan cadangan devisa. Tujuan
suatu negara menjalankan exchange control mencakup antara lain:
1.
Mencegah terjadinya aliran modal ke luar
negeri untuk menekan disequilibrium neraca pembayaran internasional.
2.
Melindungi industry dalam negeri dalam
persaiangan dengan industri Negara lain
3.
Pemerintahan memperoleh pendapatan
Proteksi, Tarif, dan Kuota
Proteksi disebut juga perlinduangan yang dilakukan
pemerintah pada industri domestic dan sekaligus membesarkannya yang berlaku
diperdagangan umum. Kebijakan proteksi memiliki dua alasan dasar, yaitu
baerupa alasan infrant industri dan alasan strategi. Alasan infrant industri
berupa upaya melindungi produksi industri dalam negeri untuk tumbuh dan berkembang.
Sedangkan alasan , berupa tindak lanjut memproduksi dan sekaligus konsumsi
sendiri dalam kondisi perang.
Ada beberapa bentuk proteksi ,yang
secaragaris besar adalah seperti berikut ini :
1.
Kuota
Suatu hambatan kuantitatif , yang membatasi impor barang-barang khusus dengan
spesifikasi jumlah unit atau nilai total tertentu perperiode tertentu.
2.
Perdagangan oleh Pemerintah
Bukan
merupakan pandangan komunis atau sosialis, tetapi upaya memonopoli impor dimana
ada kebebasan administrative yang pada hakikatnya pemerintah merupakan pelaku
utama.
3.
Control devisa
Control
devisa merupakan hambatan administrasi atau transaksi yang melibatkan mata uang
asing.
4.
Larangan impor
Bentuk
terkuat dari control impor adalah dengan larangan impor untuk kategori barang
tertentu, khususnya barang mewah
5.
Hukum local mengenai pembelian
Negara
bisa menerapkan hukum yang menetapkan barang-barang local secara pasti harus
dibeli melalui pilihan produk luar negeri untuk dapat dibandingkan dengan
produk-produk local yang tersedia. Ini umumnya terjadi untuk barang-barang
modal.
6.
Hambatan non tariff
Tarif Effect
1.
Consumption
effect dapat dinyatakan sebagai pengaruh tarif yang dirasakan
oleh konsumen berupa kerugian sebagai akibat dari kenaikan harga barang.
2.
Income
effect dapat diartkan sebagai pendapatan yang diterima Negara
atas kebijakan proteksi berupa pengenaan tariff impor.
3.
Production
effect berupa manfaat yang dinikmati oleh produsen dalam negeri
berupa kenaikan harga barang.
4.
Redistribution
effect merupakan subsidi yang diperoleh oleh produsen dalam
negeri dari pemerintah dalam negeri dari pemerintah sebagai kebijakan proteksi
dari instrument tariff impor
Alasan Merosotnya Dasar Tukar Internasional
(DTI)
Menurut Singer dan Prebisch
(1950) DTI bergerak kearah yang merugikan bagi negara-negara berkembang.
Beberapa alasan merosotnya DTI di negara berkembang adalah sebagai berikut:
1.
Elastisitas Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi secara berkesinambungan menyebabkan meningkatnya permintaan suatu
negara (baik berkembang maupun maju) terhadap barang primer maupun hasil
industri olahan. Namun, peningkatan tersebut terjadi dalam proporsi yang tidak
sama.
Peningkatan permintaan produk hasil industri
olahan lebih cepat daripada barang primer. Akibatnya harga produk hasil
industri olahan meningkat lebih cepat dari barang primer. Padahal barang primer
merupakan ekspor utama negara yang sedang berkembang.
2.
Substitusi
-
Jika harga barang primer meningkat dalam
waktu yang cukup lama, maka negara maju akan berusaha untuk membuat barang
pengganti (substitusi) bagi barang primer tersebut.
-
Selama ini barang substitusi tersebut banyak
menyebabkan turunnya harga dan jumlah yang diminta bagi barang-barang primer.
3.
Pengaruh dari Ekonimi (Business- Cycle)
Tiadanya
organisasi buruh yang kuat di negara berkembang sehingga upah lebih mudah dapat
ditekan ke bawah daripada di negara maju yang memiliki organisasi buruh yang
kuat.
4. Struktur
Pasar
Konsep TOT atau term of trade terbagi
atas :
1.
Gross
Barter Terms of Trade
Gross Barter Terms of Trade yaitu perbandingan angka indeks volume ekspor
dengan angka indeks volume impor.
Diketahui :
G = gross barter term of trade
Qx1 = didapat dari
nilai ekspor (jumlah dikalikan dengan harga) dibagi dengan
harga rata-rata satuan ekspor.
Qm1 = didapat dari nilai impor (jumlah dikalikan dengan harga)
dibagi dengan harga rata-rata satuan impor.
2.
Net
Barter Term of Trade atau Commodity TOT
Net
Barter Terms of Trade adalah
perbandingan antara indeks harga rata-rata barang
ekspor dengan barang impor.
Diketahui :
N = Net Barter Term of Trade
Px1 = Harga rata-rata satuan ekspor waktu sekarang
Px0 = Harga rata-rata satuan ekspor waktu tahun dasar
Pm1 = Harga rata-rata satuan impor waktu sekarang
Pm0 = Harga rata-rata satuan
impor waktu tahun dasar
3.
Income Terums of Trade
Konsep income TOT ini lebih
penting bagi negara yang sedang berkembang (NSB), karena mencerminkan kemampuan
NSB untuk mengimpor barang-barang modal pembangunan dari hasil ekspornya.
4.
Capacity
Terms of Trade
Capacity
Terms of Trade, yaitu
perbandingan antara indeks harga rata-rata ekspor
dengan impor yang dikalikan dengan volume ekspor.
Konsep ini
sering disebut dengan “Elastisitas Income”.
5.
Factorial
Terms of Trade
Factorial Terms
of Trade yaitu perbandingan harga
indeks rata-rata barang ekspor dengan indeks harga rata-rata barang
impor yang dikaitkan dengan produktifitas.
a) Single Factorial Term of Trade
Diketahui :
Zx = Produktifitas
barang-barang ekspor
S = Single Factorial Term of Trade
Px/Pm =
Rata-rata indeks harga barang impor dan ekspor
b) Double Factorial Terms of Trade
Diketahui :
Zx = Produktifitas
barang-barang ekspor
Zm = Produktifitas barang-barang impor
D = Double Factorial Term of Trade
Px/Pm = Rata-rata indeks harga barang impor dan
ekspor
Pada
rumus Single Factorial Term of Trade, kita hanya mengaitkan rasio
dari ekspor dan impor dengan produktifitas ekspor
atau produktifitas domestik, tanpa melihat produktifitas
sektor luar negeri. Kemudian pada rumus Double Factorial Term of Trade,
telah dimasukkan produktifitas impor atau sektor luar negeri disamping sektor
domestik. Konsep factorial of trade ini sering juga disebut
dengan “Elastisitas Produk”.
artikelnya sangat membantu dan bermanfaat untuk saya
BalasHapus